Oleh: KH. Ma’ruf Khozin
(Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur)
Upaya penyusunan kurikulum Aswaja dan Ke-NU-an di lingkungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Jawa Timur sesungguhnya bukan hal baru. Sejak kepemimpinan KH. Abdurrahman Navis di Aswaja NU Center, telah digagas kerja sama penyusunan kurikulum dengan LP Ma’arif PWNU Jatim yang kala itu dipimpin oleh Dr. Syaerozi. Namun, takdir Allah berkehendak lain; Dr. Syaerozi wafat sebelum program tersebut rampung.
Pada periode saya memimpin Aswaja NU Center tahun 2018, kerja sama kembali dijalin dengan Ketua LP Ma’arif PWNU Jatim saat itu, Gus Nur Sodik Askandar. Bahkan, rapat awal dan rancangan kurikulum sudah terbentuk. Sayangnya, pandemi Covid-19 yang datang tiba-tiba membuat seluruh proses berhenti total hingga akhir periode.
Kini, di bawah kepemimpinan Prof. Masdar Hilmi, LP Ma’arif NU Jawa Timur berhasil menyelesaikan penyusunan buku ajar Aswaja dan Ke-NU-an untuk jenjang pendidikan dasar hingga menengah, kelas 1 sampai 12. Kehadiran buku ini patut disyukuri karena selain menuntaskan penantian panjang, juga menjadi jawaban atas kebutuhan mendesak dunia pendidikan Ma’arif yang sejak 2007 vakum dari kurikulum baru. Akibat kekosongan tersebut, banyak lembaga pendidikan di tingkat cabang atau bahkan kecamatan mengambil inisiatif menyusun kurikulum sendiri, sehingga tidak jarang terjadi perbedaan standar pembelajaran.
Lebih istimewa lagi, kurikulum buku ajar ini mengintegrasikan konsep STEIM (Science, Technology, Engineering, Islamic Values, and Mathematics). Integrasi ini menunjukkan bahwa pendidikan Aswaja tidak terjebak pada pola lama, melainkan terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan ruh keislaman dan nilai-nilai ke-NU-an.
Penyajian materi dalam buku juga mengikuti gaya belajar generasi digital saat ini. Narasi panjang diganti dengan peta konsep, materi sejarah NU disajikan dengan lebih visual, dan setiap akhir bab dilengkapi barcode yang terhubung dengan platform digital seperti NU Online atau TV9. Anak-anak yang kini akrab dengan gawai tidak lagi menjadikan teknologi sebagai distraksi, melainkan diarahkan menjadi sarana belajar yang memperkaya wawasan.
Ketika saya pertama kali melihat draf kurikulum ini, muncul pertanyaan siapa sosok konseptornya. Ternyata, kurikulum ini dirancang di bawah komando Prof. Evi, seorang guru besar teknologi pembelajaran sekaligus kader tulen NU (alumni Tambak Beras, Jombang). Validasi isi dilakukan oleh tokoh-tokoh yang mumpuni di bidang Aswaja, seperti Dr. Yusuf Suharto, Dr. Farida Ulvi N., dan Gus Muhammad Nuh. Tak berhenti di situ, penyempurnaan materi juga melibatkan para kiai di bidangnya masing-masing: Kiai Asyhar untuk fikih, Kiai Ramadhan Khotib untuk tasawuf dan akhlak, Gus Faris dari Kediri untuk nilai-nilai Aswaja, serta saya sendiri di bidang akidah.
Dengan hadirnya buku ajar ini, saya menilai bahwa LP Ma’arif NU Jawa Timur telah mengambil langkah strategis dan visioner. Kurikulum ini tidak hanya meneguhkan identitas ke-NU-an di tengah arus globalisasi, tetapi juga menjawab tantangan modernisasi pendidikan dengan pendekatan yang adaptif, kreatif, dan berbasis nilai.
Harapan saya, buku ajar Aswaja dan Ke-NU-an ini dapat menjadi panduan baku di seluruh lembaga pendidikan Ma’arif NU Jawa Timur, sekaligus inspirasi bagi wilayah-wilayah lain. Pendidikan yang berakar pada tradisi keilmuan Aswaja, diperkuat dengan pendekatan teknologi dan metodologi modern, akan melahirkan generasi NU yang berkarakter, berdaya saing, sekaligus berakhlak mulia.
Editor: Ibrahim